Minggu, 07 Juni 2015

Trend Cat Cafe vs Warteg

Akhir-akhir ini pasti terlihat mulai banyak bermunculan cafe-cafe baru terutama di Yogyakarta. Setiap cafe yang muncul selalu ada ciri khas yang membedakan antara satu dengan yang lain, entah namanya yang unik, sajiannya yang unik, rasa yang sebenarnya asing di lidah, dan nama-nama unik yang disuguhkan.

Tapi aku nggak akan membahas apa saja cafe baru yang muncul di Yogyakarta. Cukup satu jenis cafe yang sekarang lagi nge-hits bet, padahal sebenernya udah ada sejak dahulu kala.

Tau nggak cafe apa? Yup Cat Cafe alias cafe kucing!

Ini bukan cafe khusus kucing ya, bukan pet shop atau rumah grooming kucing. Tapi cafe yang pengunjungnya bisa berinteraksi dengan kucing-kucing yang ada disana sambil menikmati sajian yang ada. Gampangnya, mangan-mangan ning cafe karo dolanan kucing.

Sebenernya, udah dari jaman dahulu kucing selalu berinteraksi dengan manusia di cafe (baca: warung). Bedanya, kalo di cafe ini kucingnya kebanyakan adalah kucing londo alias kucing bule alias kucing ras.

Nah, sadar nggak sih sebenernya kucing dan warung sudah ada sejak dahulu. Iya, kucing dan warteg. Kalo ini kucingnya pasti kucing domestik, kucing nasional alias kucing kampung. SNI banget lah pokoknya!

Kalo di cat cafe ini si empus yang cantik-cantik ini bisa disayang-sayang, dipeluk-peluk, dan bisa diajak foto selfie sama para pelanggan, sayangnya kalo di warteg para kucing kampung pasti udah diusir duluan sebelum berhasil masuk ke warung cuma buat ngais-ngais sisa makanan pelanggan.

Ah, sedih...


Nggak semua orang suka sama kucing...
Nggak semua pemilik warung suka kucing karena mungkin mereka pikir kucing kampung itu menjijikkan dan bikin warung mereka terlihat kotor...
Nggak semua pelanggan warung suka kucing karena mungkin mereka risih dan jijik dengan kehadiran mereka...


Aku punya warung makan, aku juga pelihara beberapa kucing kampung. Mereka suka duduk anteng di depan warung, ada juga yang nungguin bapak masak di bawah kompor sambil tiduran, lokasi favorit karena anget. Tapi mereka sering dimarah Bapak untuk pindah ke dalem karena takut kena cipratan minyak, tapi ya mereka cuma angop trus lanjut tidur lagi -_____-

Kalo ada pelanggan yang nggak suka dengan mereka biasanya ada yang menggertak dan si empus lari ketakutan ke dalam rumah, tapi sebelum digertak sebaiknya si empus diajak ke dalam rumah, dikasih maem yang banyak sampe keyang lalu anteng bobok pules sampe jam jatah makan ronde berikutnya datang.

Sekedar cerita, aku pernah saat berkunjung ke Surabaya dan makan siang sendirian di sebuah warung yang ternyata banyak banget kucing kampung disana. Nah, ditengah makan ayam penyet tiba-tiba ada kucing besar tapi lucu bangetttttt datang menghampiri diriku lalu kedua kaki depannya dinaikkan ke pahaku, mata bulatnya melihat ke arahku seolah-olah berkata "aku dibagi dikit dong ayamnyaaa, plissssss...."

Aaaaaakkkk! Aku ketawa dan terjadilah perbincangan absurd antara si empus Surabaya dan aku;

Aku      : "Ngopo? Pengen?"
Empus : "Meeoooong..."
Aku      : "Bentar, tak cuilke..."
Empus : "Ooong..."

Lalu separuh ayamku sudah berpindah ke mulut si empus. Empus maemnya cepet banget!

Aku      : "Enak??"
Empus : "Meong..." *sambil jilat-jilat kaki*
Aku      : "Yowes"

Lalu kemudian suasana warung yang tadinya rame jadi hening karena aku baru sadar orang-orang disana ngeliatin aku semua. Mungkin pada mikir "Mbak'e edan!"

Abis itu si empus diusir sama pelanggan yang lain, huwaaaaaaaaaa.......

Tolong dong, jangan beda-bedain antara kucing kampung dan kucing ras. Kucing kampung  -apalagi yang liar- itu bertahan hidup hanya dengan sisa-sisa makanan dari kalian, mereka nyari makan dari bak sampah, belum lagi rebutan sama kucing kampung lainnya, berantem rebutan wilayah, luka dimana-mana. Kehidupan kucing kampung itu keras, Bung!


nasib kucing kampung -liar-

Apa salahnya sih, kasih aja sedikit rejeki kalian untuk bisa berbagi dengan mereka. Jangan diusir, jangan ditendang, jangan dipukulin. Mereka makhluk Tuhan juga, mereka punya jiwa, mereka punya perasaan.

Coba deh, kalo kalian abis makan ayam/ikan di warteg, nasi atau tulang sisanya dikasihin ke kucing liar yang ada disana. Empus kenyang, kamu dapet pahala! Penak to?

Eh, jan-jane alias sebenernya warungku itu bisa disebut cat cafe juga kan ya, wong banyak kucing.

Ah, ngomong opo to iki?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar