Rabu, 01 November 2017

Pengalaman Ikut Tes TORCH

Ada yang tau tes TORCH? Atau malah pernah tes TORCH? Gimana hasilnya? Bikin deg-degan ya? Iya banget!

Post kali ini aku pengen membahas pengalamanku ikut tes TORCH terpadu. Kok terpadu?

Iya, karena tes TORCH kali ini gratis.

Program kesehatan dari pemerintah DIY, penyelenggaranya adalah Bapeljamkesos (Balai Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial) Yogyakarta. Nggak cuma tes aja, tapi pembacaan hasil oleh dokter kandungan dan terapinya semua gratis.






Tes TORCH adalah tes untuk mengetahui apakah ada infeksi TORCH yang bersemayam di tubuh kita terutama perempuan. TORCH itu sendiri adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus/CMV dan Herpes simplex. Nah, biasanya perempuan udah familiar banget sama nama-nama virus tersebut, apalagi Tokso dan Rubella. Infeksi Tokso sering banget dijadikan faktor penyebab seorang perempuan mengalami keguguran ketika mengandung atau malah jadi faktor penyebab anak lahir dengan berkebutuhan khusus, begitu pula virus Rubella atau biasa disebut campak Jerman.

Sebenernya udah dari dulu banget pengen ikut tes TORCH. Pertama, karena jaman kuliah dulu aku sempet kena Rubella atau campak Jerman. Walaupun Rubella bisa sembuh dan si penderita bakalan punya antibodinya, tapi tetep aja bikin was-was. Kedua, karena mengingat diriku ini adalah meong lovers. Dirumah ngingu alias pelihara kucing banyak, awalnya cuma satu eh lama kelamaan manak wuakeeh. Yah, tau sendiri kucing kampung ini kalau beranak pinak cepet banget dan nggak sempat aku steril. Karena dari jaman gadis udah hobi pelihara kucing, niatan pengen tes TORCH itu ada tapi yaa karena biayanya mahal dan kayaknya belum perlu-perlu amat jadi aku abaikan saja. Eits, bukannya nuduh para kucing pembawa infeksi Tokso lho ya, tapi namanya aja jaga-jaga. Who knows??




Makannya para orang tua selalu nggak suka kalau anak perempuannya punya hobi melihara kucing. Boro-boro pelihara, ngelus doang aja ortu marah-marah. Kucing, si makhluk empus imut ituuh jadi tertuduh pembawa parasit Tokso, padahal nggak semuanya Infeksi Tokso dari kucing. Ada beberapa jalan masuk infeksi tersebut ke tubuh kita selain dari binatang peliharaan, yaitu dari makanan mentah seperti sayuran mentah/lalapan dan dari daging yang tidak dimasak sempurna.

Hingga akhirnya aku menikah, satu tahun kemudian positif hamil dan masuk bulan ke empat ada masalah dengan janin yang aku kandung, dokter Obgyn memintaku untuk tes TORCH. Beruntungnya, dokterku menyarankan untuk ikut program tes TORCH yang diadakan oleh pemerintah DIY secara gratis.

FYI, temenku nyoba tes TORCH lengkap secara mandiri alias bayar sendiri di Balai Laboratorium Kesehatan dikenakan biaya sekitar Rp 1.200.000,-. Mehong ye cyint... Ember... Maka dari itu ketika ada program dari Bapeljamkesos, aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Awalnya aku datang ke Bapeljamkesos Yogyakarta yang ada di Jetis, disana aku menanyakan perihal tes TORCH tersebut. Hasilnya, aku cuma disuruh ngisi data diri aja disana dan akan dihubungi kembali kalau tes akan diadakan. Untung ni kantor deket banget dari rumah, jadi kalau dipanggil tes bisa langsung capcus kesana deh, pikirku sih begonooo...

Eh jebulnya, udah ditunggu semingguan kok belum dikabarin yes, jadi khawatir karena serasa di PHP-in. Akhirnya aku coba follow up contact person yang dikasih sama petugasnya. Jawabannya adalah tes tersebut baru akan dirapatkan. Masih menunggu lagi rupanya. Hhmm...

Seminggu kemudian baru deh dapet kabar kalau tes TORCH ini akan diadakan pada tanggal 20 September 2017 pukul 09-13.00 WIB di kantor Bapeljamkesos dengan beberapa syarat, yaitu: Wanita menikah, maksimal usia 36 tahun, KTP DIY, memiliki anak lahir dengan gangguan/kelainan atau calon pernah keguguran. Selain syarat diatas ada beberapa berkas yang harus disiapkan, yaitu foto copy KTP, KK, dan surat nikah sebanyak 5 rangkap.

Mentang-mentang rumah deket, berangkatnya sekitar jam 08.30 dan aku udah dapet nomor puluhan. Ternyata dari jam 08.00an buk-ibuk disini udah pada sampai kantor Bapeljamkesos pemirsa. Hahaha...
Disana aku ngerasa nggak sendirian, banyak ratusan buk-ibuk yang punya perasaan yang sama, kehilangan calon anak. Yup! Aku bersama ibu-ibu setrong!

Setelah mengisi data diri dan mengumpulkannya di petugas, kami semua tinggal menunggu namanya dipanggil untuk dicek tekanan darah dan sedikit wawancara dengan dokter perihal riwayat kesehatan terutama saat hamil, lalu kemudian dilanjutkan pengambilan sampel darah.

Suntik laaagiiiiii, aaaaaakkkk!!! Belum ilang bekas infus dari kuret dan suntikan-suntikan lainnya laah suntik lagi maak! Huhuhu... Sepanjang pengambilan darah, mataku muter-muter keliling ruangan ajah, ogah banget liat suntikan. Ngilu. Selesai pengambilan sample darah, aku diarahkan untuk menunggu kartu guna bukti pengambilan hasil tes nanti, eh sambil nunggu dapet snack juga loh.

Setelah giliranku dipanggil untuk mengambil kartu bukti tes, petugas menjelaskan bahwa hasilnya akan dikabari kembali nanti.

Kapan? Nggak tahu. Hasilnya nanti yang membacakan adalah dokter kandungan yang sudah ditentukan oleh pihak Bapeljamkesos di RS Happyland.

Sekitar dua minggu kemudian baru deh aku dapat info pengambilan hasilnya di kantor Bapeljamkesos dan jadwal dokter yang harus aku temui di RS Happyland. Karena posisiku di Surabaya, aku minta tolong Ibuku mengambil hasilnya, selanjutnya minta tolong adikku juga untuk mengirimkan berkas hasil tes TORCH-nya lewat foto yang kemudian aku forward ke dokter Obgynku lewat WA.

Selama nunggu jawaban dari dokter, rasanya deg-degan banget karena hasil tes TORCHnya banyak yang positif?! Tapi kegelisahan punah sudah, karena dokterku mengatakan kalau hasilnya bagus, gak ada masalah dan nggak perlu melakukan terapi. Alhamdulillah...

Hasil tes TORCH emang bikin was-was, orang awam yang pertama kali menerima hasil tes TORCH pasti bingung. Banyak angka positif dan negatif disana. Jadi, walaupun kamu menjalani tes TORCH dan udah keluar hasilnya, biasanya pihak laboratorium nggak memberikan jawaban karena kewenangan untuk membaca hasilnya ada di tangan dokter Obgyn.

Nunggu pembacaan hasil itu yang bikin deg-degan. Tapi kalau pengen mengurangi rasa deg-degan, silahkan gunakan mbah Google. Banyak banget artikel kesehatan yang membahas tentang pembacaan hasil tes TORCH secara umum. Kecuali kalau kamu pengen konsultasi tentang hal yang lebih pribadi tentu aja harus tatap muka dengan dokter Obgyn masing-masing yes.

Walau hasil tesku udah sempet ditanyakan lewat chat dengan dokter, tapi karena aku harus pulang lagi ke Jogja dan penasaran sama pembacaan hasil langsung dengan tatap muka -kali aja bisa konsultasi sekalian mumpung gretong-, akhirnya aku pulang ke Jogja. Setelah sampai rumah konfirmasi dengan pihak rumah sakit lewat telpon eh lha kok jadwalku diundur dua hari. Padahal rencananya setelah selesai konsultasi dengan dokter mau langsung balik lagi ke Surabaya. Zzzz... Tapi yaudahlah, daripada mundur lagi akhirnya aku iya-in aja.

Skip, hari H konsultasi tiba. Jadwal konsultasinya malem dimulai dari jam 19.00-selesai. Setelah mengurus pendaftaran, pemeriksaan tekanan darah, dan menyerahkan copy hasil lab, para peserta pembacaan hasil TORCH diminta menunggu untuk dipanggil satu persatu. Berhubung aku dapet nomer bontot, yaaa bisa dipastikan kelarnya malem. Oya, satu dokter jatahnya cuma sepuluh orang peserta TORCH per harinya, jadi dokter yang ditunjuk selain melayani peserta TORCH juga melayani pasien umum.

Nah, setelah dua jam menunggu, sekitar pukul 21.15 giliran namaku dipanggil, walaupun sebelumnya udah tahu hasilnya tapi tiap tatap muka langsung sama dokter itu rasanya deg-degan!

Awalnya agak kecewa, belum juga duduk eh Pak dokter langsung bilang "hasilnya bagus, nggak perlu terapi" sambil orek-orek kertas laporannya. Kan eyke jadi ndlongop tok, dalem hati bilang "Lah, muk ngono tok?!". Perawat juga kayaknya udah siap-siap mempersilahkan aku keluar ruangan. Waaaa.. yo kosek Pak, mosok aku adoh-adoh mulih Jogja muk ngono tok?!

Akhirnya aku pancing pertanyaan dan barulah dokter tersebut menanyakan perihal riwayat kehamilanku sebelumnya. Setelah cerita panjang lebar, dokter mulai tertarik dan lebih komunikatif dari sebelumnya. Eh tapi Si Ibu perawat udah nggak sabar aku di dalem, pintu ruangan langsung dibuka, diusir secara halus. Hhhfftt...

Kelar deh.

Tes TORCH yang diadakan oleh Bapeljamkesos ini bagus dan bermanfaat bangettt buat masyarakat terutama ibu-ibu yang memang bener-bener butuh, apalagi dari segi biaya! Tes TORCH mandiri aja butuh biaya jutaan, belum lagi konsultasi sama dokter kandungan yang cuma tatap muka aja bayar ratusan ribu, kalau hasilnya bagus sih Alhamdulillah nggak perlu terapi. Kalau hasilnya ternyata kurang bagus dan harus menjalani terapi, harus keluar biaya lagi dan nggak murah. Mau coba pengobatan alternatif? Setauku pengobatan alternatif jatuhnya juga mahal.

Mungkin kedepannya, walaupun gratis alangkah lebih baik pelayanannya lebih ditingkatkan lagi. Karena dari pengalaman yang pertama ini, ada beberapa miss komunikasi antara pihak Bapeljamkesos dengan pihak RS yang bekerjasama. Seperti jadwal yang udah diplot dari awal oleh Bapeljamkesos ternyata nggak diterima oleh pihak RS dan harus diubah mundur beberapa hari. Kasihan yang jauh-jauh udah dateng ke RS (belum konfirmasi) sesuai jadwal dari Bapeljamkesos eh malah ditolak sama RS karena udah full.

Kemudian, untuk pembacaan hasil kayaknya lebih baik tetap ada sesi tanya jawab kesehatan/riwayat kehamilan dengan dokter yang ditunjuk. Jadi nggak cuma dateng langsung dapet jawaban "Bagus/Tidak" lalu perawat cepet-cepet buka pintu mengusir secara halus. Kalau pasiennya nggak kritis nanya duluan, nggak sampe dua menit langsung kelar sesi baca hasilnya.

Yaaa iya sih yang gretong emang beda sama yang bayar. Kalau tes TORCH yang berbayar, hanya sekitar tiga hari udah keluar tuh hasil lab-nya dan nggak perlu nunggu berminggu-minggu. Selain itu juga nggak perlu antre lama-lama buat ambil darah, antre rame-rame lagi buat konsultasi kilat sama dokter di RS, dan belum lagi nomor antrian yang bisa berubah sesuka hati. Tapi dibalik itu semua yang penting sabar ajaaa yaaa buk-ibuk. Karena saat rame-rame itu kita jadi merasa nggak sendiri, ternyata banyaaak buk-ibuk setroong diluar sana! Hokya!

Lalu kenapa harus ikut Tes TORCH ini? Karena menurutku penting banget untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat. Menurunkan resiko dari hal-hal yang tidak diinginkan pada janin atau anak kita nanti. Setiap keluarga pasti pengen banget kan anak yang dilahirkan tumbuh sehat sempurna? Maka dari itu, tes TORCH ini merupakan salah satu bentuk ikhtiar yang harus dijalani ketika mempersiapkan kehamilan. Walaupun disini kayaknya cuma istrinya aja yang diperiksa, tapi suami bisa mendukung dengan cara lain. Hal yang paling sederhana misalnya ngajakin istri shopping lanjut halan-halan menjaga dan mendukung istri untuk terus makan makanan yang sehat nan bergizi serta membantu menciptakan lingkungan rumah yang sehat.

Semoga selain tes TORCH ini, Bapeljamkesos selanjutnya bisa mengadakan program pap smear gratis ya! Amiin...

2 komentar:

  1. Mba sebelum tes TORCH diharuskan puasa dulu ga ?

    BalasHapus
  2. If you're looking to lose kilograms then you need to try this brand new custom keto plan.

    To create this keto diet service, licenced nutritionists, fitness trainers, and cooks joined together to develop keto meal plans that are productive, decent, money-efficient, and delightful.

    Since their launch in early 2019, thousands of individuals have already transformed their body and health with the benefits a proper keto plan can provide.

    Speaking of benefits: in this link, you'll discover 8 scientifically-certified ones offered by the keto plan.

    BalasHapus