2 Januari 2011 dini hari di Stasiun Tugu Yogyakarta,
hari itu terasa berat, dengan langkah gontai, kecemasan dan harapan bertumpuk jadi satu.
Aku berjalan melewati lorong stasiun, banyak orang duduk menunggu kereta datang, tapi saat itu aku sudah tak tertarik lagi dengan suasana stasiun yang memang sudah sepi.
Mataku hanya tertegun pada sosok punggung lelaki didepanku yang membawa koper hitam besar, mengenakan sweater hitam yang berjalan cepat-cepat.
Aku berusaha mengimbangi kecepatannya berjalan sambil kepayahan menggendong tas hitam panjang miliknya.
Dia tersenyum melihatku, dan aku
membalas senyumannya.
Akhirnya kami bisa berjalan beriringan hingga tiba di peron stasiun.
Disana kulihat banyak kursi kosong, tapi tak sedikit juga penumpang yang menunggu kereta datang dengan menikmati mimpi di kursi-kursi kosong itu.
Ah, pantas saja mereka tidur, dini hari ternyata sekarang.
Tiba-tiba lelaki itu mengajakku makan, aku setujui ajakannya, toh kereta masih lama datang.
Didalam restoran itu yang aku pikirkan hanya ingin bersamanya berdua saja.
Ku habiskan pesananku dengan berbincang dengannya, perasaanku carut marut saat itu, tapi tetap kunikmati saja, aku ingin suasana itu tidak segera berakhir...
Namun, aku sadar ini pasti segera berakhir, yaitu saat suapan terakhir kami santap.
Setelah membayar kami keluar dari restoran itu dan segera mencari kursi kosong yang ada.
Jam menunjukkan pukul 00.30 WIB.
Perasaanku kacau, kami berdua duduk berdampingan, namun kami hanya diam. Tidak ada cerita yang mengalir dari mulut kami. kami sibuk dengan pikiran masing-masing.
Jam stasiun menunjukkan pukul 00.30, kereta yang kami tunggu datang pukul 03.00 dini hari.
...Lelaki itu mengeluh ingin tidur,
aku mengangguk.
Dengan sempurna, dia letakkan kepalanya dikoper hitam besar yang dia bawa. Aku tahu dia sangat tidak nyaman dengan posisi seperti itu.
Ah, aku mau kau menyandarkan kepalamu dibahuku, sayang...
tidurlah sepuasmu sampai hilang letih dan penatmu yang akhirnya telah terbayar hari ini.
Aku hanya bisa memandangimu saja,
Sesak terus menganggu pernapasanku, rasa sesak karena aku senang karena kau telah berhasil mencapai keinginanmu di kota sana, dan sesak karena kau meninggalkanku disini.
Aku tahan hingga akhirnya air mata ini harus tumpah juga.
Aku diam-diam menangisi kau yang sedang tidur disampingku dan menangisi diriku sendiri yang akan kau tinggal pergi.
Tiba-tiba dia terbangun, lelaki yang ada disampingku. Membujukku agar aku berhenti menangis dan berusaha mengusap air mataku dengan tangannya.
Aku sedih, apa kau tahu?
Ya, dia tahu! dengan segera lelaki itu merangkul bahuku, aku luluh.. Aku sandarkan kepalaku dibahunya...
Malam itu terasa amat singkat!
Andai kau tahu, aku selalu berdoa agar keretamu datang terlambat!
Hingga akhirnya Tuhan mengabulkan...
Terima kasih Tuhan...
30 menit waktu keterlambatan yang Kau berikan adalah waktu yang berharga untuk kami.
Aku pikir 30 menit adalah waktu yang lama, ternyata tidak..
Pukul 03.30 keretamu datang...
Perasaan sesak itu terus ada dan semakin sulit untuk kuatasi, membuat kepalaku ingin meledak. Dengan buru-buru ku bantu dia membawa tas-tasnya masuk ke dalam kereta.
Ya, Tuhaaan...
Kenapa secepat ini?
Tak sampai lima menit kereta akan berangkat membawamu pergi ke kota impianmu, Surabaya.
Secepat kilat dia kecup keningku sambil tersenyum meyakinkan bahwa ini semua akan baik-baik saja dan dia berkata, "hati-hati ya dek.."
Belum habis aku tertegun menatap wajahmu yang terakhir, ada air hangat tumpah dari pipiku..
"Selamat jalan mas, semoga kau sukses disana, aku menunggumu disini dan terus mendoakan..."
:)
hari itu terasa berat, dengan langkah gontai, kecemasan dan harapan bertumpuk jadi satu.
Aku berjalan melewati lorong stasiun, banyak orang duduk menunggu kereta datang, tapi saat itu aku sudah tak tertarik lagi dengan suasana stasiun yang memang sudah sepi.
Mataku hanya tertegun pada sosok punggung lelaki didepanku yang membawa koper hitam besar, mengenakan sweater hitam yang berjalan cepat-cepat.
Aku berusaha mengimbangi kecepatannya berjalan sambil kepayahan menggendong tas hitam panjang miliknya.
Dia tersenyum melihatku, dan aku
membalas senyumannya.
Akhirnya kami bisa berjalan beriringan hingga tiba di peron stasiun.
Disana kulihat banyak kursi kosong, tapi tak sedikit juga penumpang yang menunggu kereta datang dengan menikmati mimpi di kursi-kursi kosong itu.
Ah, pantas saja mereka tidur, dini hari ternyata sekarang.
Tiba-tiba lelaki itu mengajakku makan, aku setujui ajakannya, toh kereta masih lama datang.
Didalam restoran itu yang aku pikirkan hanya ingin bersamanya berdua saja.
Ku habiskan pesananku dengan berbincang dengannya, perasaanku carut marut saat itu, tapi tetap kunikmati saja, aku ingin suasana itu tidak segera berakhir...
Namun, aku sadar ini pasti segera berakhir, yaitu saat suapan terakhir kami santap.
Setelah membayar kami keluar dari restoran itu dan segera mencari kursi kosong yang ada.
Jam menunjukkan pukul 00.30 WIB.
Perasaanku kacau, kami berdua duduk berdampingan, namun kami hanya diam. Tidak ada cerita yang mengalir dari mulut kami. kami sibuk dengan pikiran masing-masing.
Jam stasiun menunjukkan pukul 00.30, kereta yang kami tunggu datang pukul 03.00 dini hari.
...Lelaki itu mengeluh ingin tidur,
aku mengangguk.
Dengan sempurna, dia letakkan kepalanya dikoper hitam besar yang dia bawa. Aku tahu dia sangat tidak nyaman dengan posisi seperti itu.
Ah, aku mau kau menyandarkan kepalamu dibahuku, sayang...
tidurlah sepuasmu sampai hilang letih dan penatmu yang akhirnya telah terbayar hari ini.
Aku hanya bisa memandangimu saja,
Sesak terus menganggu pernapasanku, rasa sesak karena aku senang karena kau telah berhasil mencapai keinginanmu di kota sana, dan sesak karena kau meninggalkanku disini.
Aku tahan hingga akhirnya air mata ini harus tumpah juga.
Aku diam-diam menangisi kau yang sedang tidur disampingku dan menangisi diriku sendiri yang akan kau tinggal pergi.
Tiba-tiba dia terbangun, lelaki yang ada disampingku. Membujukku agar aku berhenti menangis dan berusaha mengusap air mataku dengan tangannya.
Aku sedih, apa kau tahu?
Ya, dia tahu! dengan segera lelaki itu merangkul bahuku, aku luluh.. Aku sandarkan kepalaku dibahunya...
Malam itu terasa amat singkat!
Andai kau tahu, aku selalu berdoa agar keretamu datang terlambat!
Hingga akhirnya Tuhan mengabulkan...
Terima kasih Tuhan...
30 menit waktu keterlambatan yang Kau berikan adalah waktu yang berharga untuk kami.
Aku pikir 30 menit adalah waktu yang lama, ternyata tidak..
Pukul 03.30 keretamu datang...
Perasaan sesak itu terus ada dan semakin sulit untuk kuatasi, membuat kepalaku ingin meledak. Dengan buru-buru ku bantu dia membawa tas-tasnya masuk ke dalam kereta.
Ya, Tuhaaan...
Kenapa secepat ini?
Tak sampai lima menit kereta akan berangkat membawamu pergi ke kota impianmu, Surabaya.
Secepat kilat dia kecup keningku sambil tersenyum meyakinkan bahwa ini semua akan baik-baik saja dan dia berkata, "hati-hati ya dek.."
Belum habis aku tertegun menatap wajahmu yang terakhir, ada air hangat tumpah dari pipiku..
"Selamat jalan mas, semoga kau sukses disana, aku menunggumu disini dan terus mendoakan..."
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar