Jumat, 04 Desember 2015

The Real Life: Selamat Menempuh Hidup Baru - Hai Surabaya!

Baiklah, biasanya aku suka nulis untuk nge-review sesuatu. Tapi kali ini aku pengen nulis yang agak serius.

Hmm... Baiklah, mulai 22 November 2015 lalu Alhamadulillah setelah sekian lamanya punya pacar akhirnya nikah juga. Yak, aku sah jadi istri! Yeay!

Jadi istri ya pasti jadi punya tanggungjawab yang besar juga. Semua hak dan kewajiban sekarang kepada suami. Insha Allah semoga aku bisa menjalani semuanya. Amin.

Dulu kita pacaran jarang banget ketemu, hubungan jarak jauh gitu. LDR bahasa kekiniannya. Lagu yang diputer tiap hari kalo gak Raisa yaaa RAN - Dekat di Hati. Bar nyetel lagu kui njug kangen poool. Halah.

Tapi setelah menikah kita punya komitmen, istri harus bisa mendampingi suami. Kita nggak boleh pisah lagi. Mulai detik itu saat kita memutuskan akan menikah, aku memantapkan hati harus resign dari kantor dan ikut pindah suami ke Surabaya.

Iya, Surabaya.

Aku yang dari kecil hidup di Jogja harus pindah ke kota baru, kota yang dinobatkan jadi kota metropolitan terbesar ke-2 setelah Jakarta. Kota pahlawan sebutan lainnya. Kota-nya Bung Tomo, terkenal dengan jembatan merahnya. Terkenal dengan simbol ikan hiu dan buayanya.

Dibalik itu Kota Surabaya dikenal dengan kota yang panas, sumuk alias gerah, dan banyak nyamuknya. Maap yak Bu Risma, aku saiki bocahmu.

Setelah hari Minggu tanggal 22 November 2015 kami menikah, hari Rabu tanggal 25 November 2015 sore aku berangkat ke Surabaya.

Beraaaaatt banget ninggal orang tua dan keluarga di Jogja. Keberangkatan kami berdua diantar orang tuaku sampai stasiun. Sediiiiiiih... seketika tangisku pecah. Seumur-umur aku nggak pernah pisah sama orang tuaku.

Inilah praktek nyata dari kalimat "Selamat Menempuh Hidup Baru!"

Hidupku baru! Di kota baru, kota yang asing. Hanya berdua, aku dan suamiku. Nggak ada orang lain, nggak ada saudara sama sekali disini. Kita harus bisa survive berdua disini. Berdua berdiri dengan kaki kita sendiri.

Sampai di Surabaya waktu itu udah malem, naik taxi dari stasiun ke rumah kontrakan suami. Aiih, mataku sembab karena sepanjang perjalanan aku diem sambil nangis.

Karena aku baru sekali lihat kontrakan suamiku aku tanya macem-macem, Pak Supir taxi sampai nanya "Kok mbaknya belum tau? Baru nikah ya?". Aku cuma nyengir aja meng-iya-kan bahwa kita pasangan manten anyar! Isih mambu kembang pokokke...

Hari Kamis tanggal 26 November sampai hari Sabtu tanggal 28 November 2015 kita berdua kabur dulu, honeymoon ke Lombok! Reviewnya ntar yaak. Hehe...

Oke, skip dulu.

Sampai seminggu lamanya, detik ini tinggal di Surabaya. Sesungguhnya aku agak shock, walaupun masih sama-sama di pulau Jawa, tapi yang namanya kota metropolitan tetep aja kerasa ya. Jian, lebay banget mung ning Suroboyo we!

Yang dulunya aku bocahe Sri Sultan, sekarang berubah jadi bocahe Bu Risma.

Tapi yang namanya kotanya orang lain tetep aja lebih nyaman di kotanya sendiri. Yak, Yogyakarta Berhati Nyaman nggak tergantikan!

Kami berdua tinggal di sebuah perumahan, rumah tetangga kanan kiri masang pager tinggi-tinggi. Pagi-pagi udah berangkat ke kantor, malem baru pulang ke rumah. Buka pager tutup pager masuk mobil lalu wuuush. Ilang. Entahlah itu siapa, Bapak siapa Ibu siapa ya. Kalau aku sempet ketemu hanya senyum biasa karena semuanya terlihat terburu-buru nutup pintu.

Oooh, mungkin karena diluar cuaca terlalu panas. Enakan langsung masuk rumah kan ada AC-nya. Syegar, adem, brrrr...

Oya, aku mau cerita. Di Surabaya jangan harap udaranya sejuk, jangan harap ada musim dingin kayak di Jogja yang tiap malam atau subuh suhunya bisa 16 atau 18 derajat. Yang ada semua rumah pasang AC atau kipas angin. Penjualan tertinggi AC dan kipas angin mungkin ada di kota Surabaya. Survey marketing yang asal-asalan.

Selama seminggu tinggal di Surabaya, peran yang aku jalankan adalah menjadi Ibu Rumah Tangga. Belum cari kerjaan, masih adaptasi dulu gitu ceritanya. Semoga aku bisa segera siap untuk bekerja kembali! Hap Hap!

Jadi kegiatan yang dilakuin seorang penganten baru itu yaaaa sekitar bangun pagi, nyuci, beres-beres rumah, setrika, nonton tv, santai-santai, nunggu suami pulang dan kembali tidur di malam hari. Enaknya sih ya tidur nggak sendirian lagi. Eaaaaakk...

Fyi, karena kami belum punya peralatan masak alhasil urusan sarapan, makan siang, dan makan malam masih beli diluar. Rice cooker kado dari teman andalan kita, beli beras masak dirumah dan untuk urusan lauk tinggal beli di luar. Praktis.

Enaknya jadi pengantin baru yang memulai semuanya dari awal adalah punya kontrakan yang kosong melompong bisa kita isi pelan-pelan berdua. Misal nih, kita baru punya sendok 2 buah, piring 2 buah, gelas 2 buah. Ya besok pelan-pelan sambil ngumpulin duit bisa beli yang lainnya buat melengkapi peralatan dapur.

Tuh, asik kan?! Wihihiiii...

Ah segalanya menyenangkan kalau dilakukan berdua dengan suami. Memulai segalanya dari nol berdua, tumbuh bersama berdua. Ceilah~

Kembali lagi soal kota Surabaya, entahlah mungkin aku aja yang belum suka dengan kota ini. Padahal sebenarnya ini kota yang menyenangkan, penuh fasilitas publik. Apa aja ada disini.

Hal yang bikin kurang betah adalah cuacanya yang panas dan gerah. Mungkin badanku masih dalam penyesuaian kali ya, keringet buntet, gigitan nyamuk & semut merah, ruam merah dimana-mana. Heran, kontrakanku kok bisa buaanyak semut merah padahal udah dibasmi pake kapur ajaib sama H*T semprot.

Ah, bedak salicyl adalah sahabat terbaikku saat ini. Hiks.

Baiklah, sebenarnya tujuan aku nulis ini cuma pengen curhat doang.

Aku kangen Jogja.

Yaudah gitu aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar